free counters
RSS

Kamis, 08 Maret 2012

Sedang rindu orang tua


Bismillaahirrohmaanirrohiim


Assalamu’alaykum warohmatullaahi wabarokaatuh

robbisyroh lii shodrii, wa yassir lii amrii, wahlul ‘uqdatam mil lisaanii, yafqohuu qoulii. ay-allah.

sahabat kami yang dirahmati oleh allah subhanahu wa ta’ala…

zaman dan hidup telah berubah…
sebenarnya, orangtua hanya meminta perhatian,
dan kasih sayang dari anak-anaknya.
wahai… dimanakah surga itu?
maka dalam salah satu hadits shoheh dikatakan;
“berbaktilah terus kepadanya (sang ibu) karena surga itu berada di bawah telapak kakinya.” (hr. ahmad, an-nasa’iy, dan ibnu majah).

tapi sekarang, apakah itu masih berlaku!?
kenyataannya, banyak di antara anak-anak yang kini sudah besar,
tega menganggap setiap ikatan antara anak dan orangtua,
tidak ubahnya mereka pandang hanya sebagai anak tangga.
mereka melangkahinya untuk mencapai tujuan.
dan bila tangga itu tidak digunakan lagi,
tangga itu di anggap seperti kursi, seperti meja, baju yang rusak,
atau bahkan koran-koran bekas,
dan dianggap sebagai barang yang tidak berguna.
barang yang tidak pantas mereka kenakan atau dipandang lagi.
barang yang harus dimasukkan gudang…!? ^^,

semoga perkara ini segera membuat kita tersentak dan menyadarinya…
bahwa orangtua adalah akar yang kekar dari pohon yang berdiri tegak. meskipun pohon tumbuh dengan subur dan tinggi tegap,
tetapi bila akarnya di potong,
sungguh ia tidak akan tumbuh lagi!

aku tanyakan kepadamu wahai sahabat…
bukankah demi kebahagiaan anak-anaknya,
setiap rupiah hasil jerih payah orangtua,
dibelanjakan dengan senang hati untuk anak-anaknya.

tapi anak-anak itu…!?
di saat mata orangtuanya sudah kabur,
kenapa mereka takut memberikan sekadar sinarnya kepada orangtua!?

Jika orangtua bisa membantu dalam langkah pertama hidup kita,
mengapa kita tidak bisa bantu menuntun langkah akhir dari orangtua!?

bila saatnya tiba,
bukankah posisi selaku orangtua bahkan menjadi tua dan tidak berdaya,
Demi Allah…
bukankah itu (bisa jadi) akan sampai kepada siapa pun yang dikehendaki-Nya !?
bagaimana perasaan hati,
jika apa yang kita perlakukan terhadap mereka,
juga terjadi pada diri kita kelak!?

astaghfirullaah wa na’udzubillaah…

duhai sahabat…

sebelum segala sesuatunya terlambat,
dan penyesalan hanya berupa kata-kata.
Hendaknya mari segera kita perbaiki kealphaan diri,
dan mengambil kesempatan untuk berbakti dan membahagiakan orangtua, lillaahi ta’ala…

duhai ayah & bunda yang dimulikan oleh Allah ta’ala…
maafkanlah segala bentuk salah dan khilaf,
yang pernah kami lakukan dengan sengaja atau tak sengaja,
yang (mungkin) telah melukai hati ayah & bunda,
yang (mungkin) telah menghardik ayah & bunda,
yang (mungkin) telah mengecewakan harapan ayah & bunda,
yang (mungkin) telah lalai dalam berjanji kepada ayah & bunda,
dan (mungkin) telah membuat ayah & bunda meneteskan air mata.

astaghfirullah, astaghfirullah, astaghfirullaah…
maafkanlah salah dan khilaf kami duhai ayah & bunda tercinta…

sungguh tak’kan sanggup kami membalas perjuangan,
maupun pengorbanan ayah & bunda untuk membesarkan kami.
sungguh bersama ketulusan hati ayah & bunda memaafkan kami,
insyaallah itu akan dapat menyelamatkan hidup dan mati kami.

“robbanaa taqobbal minnaa innaka antas samii’ul ‘aliim. wa tub ‘alainaa innaka antat tawwaabur rohiim.” {yaa robb kami, terimalah amalan kami, sesungguhnya engkau maha mendengar lagi mahamengetahui. dan terimalah taubat kami, sesungguhnya engkau mahapenerima taubat lagi maha penyayang}.

allahumma robbil firli wa liwalidayya warhamhuma kama robbayani shoqiiro.

allahumma sholi ‘alaa sayyidina muhammad wa ‘alaa aliyy sayyidina muhammad.

amin yaa allah yaa mujibassailiin…

barakallahu fiekum,
wassalamu’alaykum wr.wb.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Arin Mawar Rindu (Puisi Biru)